Edisi 233 Khutbah Jum’at : Jangan Berperilaku Curang

JANGAN BERPERILAKU CURANG

Prananto, ST., M. AP

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita bersyukur kepada Allah SWTatas limpahan karunia dan nikmat-Nya yang tidak terhingga, sebagaimana firman-Nya

… وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ

“… Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.”

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga beliau, para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan siapapun yang mengikuti sunah beliau hingga ajal menjemputnya.

Kami menasehatkan diri kami pribadi dan kepada jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah, karena iman dan takwa inilah bekal terbaik kita menuju Allah; bekal kita bukan harta yang kita kumpulkan; bukan rumah yang kita bangun megah; bukan kendaraan yang kita punya; bukan pula harta-harta duniawi yang selalu kita kejar…., bukan itu semua. Bbekal kita ialah iman dan takwa kepada Allah Ta’ala

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Beberapa hari yang lalu media sosial ramai dengan berita  yang cukup viral tentang ASN yang melakukan aktivitas karaoke di lingkungan sebuah Puskesmas pada saat jam kerja, juga berita tentang ASN yang nongkrong di warung makan selama jam kerja.

Sebuah berita yang memberikan gambaran perilaku yang bertentangan dengan tugas seorang Aparatur Sipil Negara yang seharusnya meningkatkan disiplin dalam melaksanakan tugas, terutama dalam pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

Selain itu juga gambaran minimnya empati dan kepedulian, ditengah-tengah kondisi sebagai besar masyarakat dalam ekonomi yang sedang sulit dan banyak mengalami PHK dan akhirnya menganggur.

Disatu sisi kita  sering mendengar sosok pegawai yang menuntut gaji cukup dan layak namun disisi lain kita melihat setelah haknya dipenuhi dia tidak berusaha untuk memenuhi kewajibannya.

Sesungguhnya perilaku seperti ini merupakan bentuk kecurangan yang sangat nyata sebagaimana curangnya seorang pedagang yang mengambil untung lebih dengan cara mengurangi takaran atau timbangan

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah SWT telah mengingatkan tentang perilaku curang dalam Al Qur’an Surat Al Muthafifin ayat 1-6

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ لِيَوْمٍ عَظِيْمٍۙ يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ

Artinya :

“Celakalah orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang) !

(Mereka adalah) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. (Sebaliknya,) apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka kurangi. Tidakkah mereka mengira (bahwa) sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar (Kiamat), (yaitu) hari (ketika) manusia bangkit menghadap Tuhan seluruh alam? “

Apa saja ilmu, faedah dan pelajaran yang bisa dipetik dari ayat-ayat diatas ?

  1. Celaan dan Ancaman Berat Terhadap Sikap Curang dan Khianat

Surah yang mulia ini diawali dengan kata al-wail (kecelakaan) yang mengandung penjelasan tentang adanya ancaman berat dan pedih bagi orang yang berbuat curang.

Surah Al-Muthaffifin ayat 1 berisi celaan terhadap sikap curang dan khianat dalam urusan takaran dan timbangan, karena ia termasuk perbuatan yang mungkar dan perkara yang sangat diharamkan.

Sebab, di dalamnya ada unsur memakan harta orang lain dengan cara yang batil, baik dalam mengambil maupun meminta, meskipun sedikit.

Karena, orang yang merendahkan dirinya demi sesuatu yang sedikit, menunjukkan rusaknya hati nurani dan busuknya tabiat. Yang akhirnya tidak ada yang bisa  ‘menahannya’ dari mengambil yang banyak ketika dia memiliki kesempatan atau tidak dalam pengawasan.

  1. Berlaku pada Kecurangan yang Lebih Besar

Sebagaimana kecurangan itu terjadi pada takaran dan timbangan, kecurangan juga terjadi pada sesuatu yang lain.

Maka barangsiapa yang mempekerjakan orang lain, ia senantiasa berdiri di hadapannya, mengawasi dan menuntutnya untuk memperbagus pekerjaannya. Namun, jika ia yang menjadi buruh (pekerja), lalu tuannya tidak mengawasinya, ia tidak bekerja sebagaimana selayaknya.

Maka sejatinya ia juga terkena ancaman ini dan berhak mendapatkan siksa yang pedih, apa pun pekerjaannya, besar atau kecil.

Jika peringatan ini berlaku bagi orang yang melakukan kecurangan dengan sesuatu yang rendah, lantas bagaimana dengan orang-orang yang memakan harta orang lain tanpa takaran dan timbangan, bahkan mereka merampas apa yang ada di tangan orang lain dan mengambil hasil jerih payahnya sehingga orang lain tidak bisa menikmatinya, dengan bersandar pada kekuatan kekuasaan, atau melaksanakan perintah atasan, atau mempergunakan trik-trik jahat yang beraneka ragam.

Tidak diragukan lagi bahwa mereka termasuk orang-orang yang mengingkari hari Pembalasan, sekalipun mereka mengaku dengan lisan mereka termasuk orang-orang mukmin yang taat.

  1. Mencakup Larangan Bersikap Curang secara Maknawi

Surah Al-Muthaffifin tidak hanya berisi larangan dari bersikap curang secara hissi (indrawi) dengan mengurangi timbangan dan takaran, tetapi juga mencakup larangan bersikap curang secara maknawi.

Bahkan, terkadang sikap curang secara maknawi ini lebih berat dan lebih besar dosanya, seperti meremehkan dan merendahkan orang lain, bersikap sombong, tidak bersikap adil terhadap diri sendiri, tidak mengatakan kebenaran terkait dirinya sendiri, bahkan tidak menerima kebenaran yang ditujukan untuk memperbaiki dirinya.

Maka surah Al-Muthaffifin ini berisi larangan berbuat curang, baik secara hissi maupun maknawi, baik terhadap kedua orang tua, anak-anak, istri-istri, saudara-saudara, maupun yang lainnya, baik kerabat, tetangga, dan semua orang.

Betapa banyak orang yang mendakwahi orang lain untuk memperkuat agamanya, bertakwa, zuhud, dan wara, serta menghasung mereka untuk bertobat, tetapi dia tidak bersikap adil terhadap dirinya sendiri dan tidak mengatakan kebenaran untuk dirinya sendiri, bahkan ia tidak menerimanya.

Ia bisa melihat kotoran di mata saudaranya, tetapi tidak melihat pangkal pohon di depan matanya. Dia menimbang dengan dua timbangan, dia mengkritik orang lain, tetapi ia tidak mau dikritik, bahkan ia tidak menerima jika dinasihati.

  1. Besarnya Dosa Berbuat Curang

Dikisahkan bahwa Ibnu Umar pernah menjumpai seorang pedagang, lalu beliau berpesan, “Bertakwalah kepada Allah dan sempurnakanlah takaran. Karena, orang-orang yang berbuat curang, kelak pada hari Kiamat, akan diberhentikan untuk menghadap keagungan Ar-Rahman hingga keringatnya menenggelamkannya.”

Karenanya Surah Al-Muthaffifin juga mengandung pelajaran tentang kewajiban beriman kepada kebangkitan, hari Kiamat, dan berdiri di hadapan Allah nanti. Karena, keimanan ini merupakan sebab paling besar yang mengantarkan kepada sikap bertakwa kepada Allah, senantiasa merasa diawasi oleh-Nya, dan menunaikan hak-hak.

  1. Jangan Meremehkan kebaikan dan Keburukan Seberat Biji Sawipun

Berbuat curang adalah perkara yang diremehkan oleh pelakunya. Hikmahnya adalah jangan meremehkan kebaikan dan keburukan seberat biji sawi pun.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hak Sesama Hamba Memiliki Kedudukan yang Agung di Sisi Rabb Semesta Alam, sehingga marilah kita jauhi perilaku curang, berhati-hatilah dari memakan harta orang lain tanpa hak, dan ingatlah akhirat dan timbangan keadilan pada hari kiamat kelak.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk berbuat adil dan menjauhi perilaku curang apapun bentuknya.

Aamin Yaa Rabbal ‘alamin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

  أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ   اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*