Khutbah JUm’at : Waspada 4 Pintu Maksiat

WASPADA 4 PINTU MAKSIAT

 Prananto, ST., MAP

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ

أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ,يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT  dimana kita masih dipertemukan oleh-Nya di hari yang mulia ini, hari Jumat. Di tempat yang dimuliakan oleh Allah SWT yakni di masjid. Bersama dengan orang-orang yang Insya Allah juga ditinggikan derajatnya di sisi Allah, yakni orang-orang yang bertakwa.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, bersama keluarga, sahabat, dan umatnya.

Sebagai khatib saya mengajak pada diri saya sendiri dan seluruh jamaah shalat jum`at sekalian, Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita  kepada Allah SWT dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dimanapun dan kapanpun.

Semoga kita kelak dimasukkan surga Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. Aamiin

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [Adz-Dzariat: 56]

Dalam ayat diatas menegaskan kepada kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan jin dan manusia dengan satu tujuan utama yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya, untuk mentauhidkan-Nya.

Namun manusia secara keseluruhan terbagi menjadi dua kelompok besar sebagaimana firman Allah,

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [At-Taghabun : 2]

Kelompok manusia pertama adalah yang mentaati Allah dan mengikuti rasul-Nya. Hawa nafsu kelompok ini tunduk dan patuh kepada ajaran Rasulullah ﷺ, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada seorang pun kecuali Allah. Mereka ini diberi kabar gembira dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.

Kelompok manusia kedua adalah yang membangkang terhadap Allah. Mereka berbuat melampaui batas, bersikap takabur dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka ini berada dalam kegelapan hidup dan berkubang dalam lumpur maksiat kepada Allah.

Mereka inilah yang disebut oleh Allah sebagai orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan selain Allah, sebagaimana dalam Firman Nya :

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [Al-Jatsiyah: 45]

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Sebagai manusia kita diberi kebebasan penuh oleh Allah untuk mengikuti jalan hidup orang-orang mukmin berupa ketaqwaan atau mengikuti jalan hidup orang-orang kafir berupa kefasikan (dosa).

Allah SWT berfirman :

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا

Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS Asy Syam : 8)

Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk jalan bagi orang orang mukmin berupa Al-Quran. Allah kemudian memilih dan menunjuk Nabi Muhammadﷺ untuk menjelaskan al-Quran dan mempraktekkannya dalam kehidupan agar menjadi contoh yang hidup tentang petunjuk tersebut. Setiap penyimpangan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah.

Dan setiap kemaksiatan memiliki pintu-pintu yang yang harus kita waspadai agar kita tidak terjerumus kedalam kemaksiatan apalagi kekafiran.

Na’udzubillah min dzalik.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ibnul Qoyim Al Jauziyah dalam Kitab Ad Da’ Wa Dawaa menjelaskan, kebanyakan maksiat masuk ke dalam diri seseorang melalui empat pintu, yaitu pandangan, bisikan hati, ucapan dan langkah kaki

 

  1. Pandangan

Mata ada panglima hati, dari mata akan melahirkan pandangan. Orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar, karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati untuk melakukan berbagai perbuatan.

Hampir semua perasaan dan perbuatan awalnya dipicu oleh pandangan mata. “Seseorang akan berada ditepi jurang bahaya apabila ia membiarkan matanya memandang sesuatu yang dibenci dan dilarang dan semua peristiwa-peristiwa besar berawal dari pandangan mata, lihatlah api yang besar berasal dari percikan api yang kecil” demikian nasehat Imam Al-Ghazali.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’,” (QS An-Nur: 30)

Pada ayat di atas ada dua perintah Allah yang dipesankan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya, yaitu pertama adalah menahan pandangan dan memelihara kemaluan.

Dalam kitab tafsirnya Tafsir Al-Quran al-Adhim, Ibnu  Katsir menuturkan, “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Sering kali kita meremehkan pintu kemaksiatan ini, sehingga mata kita melihat sesuatu yang diharamkan Allah, padahal mata kita saat itu sedang melakukan zina mata, Sebagaimana Sabda Nabi SAW,

الْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْقَلْبُ يَزْنِي، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا الْقَلْبِ التَّمَنِّي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ مَا هُنَالِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad)

Awalnya melihat, kemudian hati mulai berangan-angan, dan badan melaksanakannya. Kita lalai menjaga mata, hingga maksiat itu jatuh ke dalam hati, kemudian hati rusak. Jika hati kita rusak dan sakit, seluruh amal ibadah malas dikerjakan, Dzikir sudah keluh diucapkan, suara bacaan alquran pun kian hari kian tak terdegar.

  1. Bisikan Jiwa

Gambaran yang terlintas dalam hati lebih sukar dilepas. Itu merupakan permulaan dari kebaikan atau kejahatan, karena dari situlah menculnya kehendak, angan-angan, dan kemauan yang keras. Barangsiapa yang dapat menjaga dan memelihara bayangan yang terlintas dalam hati serta fikirannya, maka ia telah menguasai dirinya dari amarah dan hawa nafsunya.

Orang yang dikuasai atau dikalahkan oleh bayangan dalam hati dan fikiran, maka hawa nafsunya akam mendominasi hingga mudah terjerat dalam kemaksiatan dan kekejian, lebih-lebih bila bayangan itu terlintas secara berulang-ulang dalam hati hingga akhirnya menjadi angan-angan yang batil dan cita-cita yang tidak benar.

Orang yang paling jelek kemauannya dan paling rendah jiwanya ialah orang yang rela hakekat kebenarannya diganti dengan angan-angan yang batil yang kemudian diberi tempat di dalam jiwanya. Bila jadi pedagang ia menjadi pedagang yang rusak, bila jadi pejabat ia akan menjadi pejabat yang korup, bila jadi penguasa maka ia akan menjadi penguasa yang menyengsarakan rakyatnya.

Firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 39 :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَعْمَٰلُهُمْ كَسَرَابٍۭ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ ٱلظَّمْـَٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Dan orang –orang yang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapati sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya.”

Sesungguhnya kemuliaan, kesucian, kebersihan dan ketinggian jiwa didapat dengan menghilangkan setiap bisikan jiwa yang tidak ada hakikatnya, dan melarang bisikan itu melintas dalam pikirannya, sekaligus membencinya.

Selanjutnya, seseorang hendaknya mengarahkan bisikan, pikiran dan keinginannya hanya untuk empat perkara pokok :

  • Bisikan-bisikan untuk mendapatkan kemaslahatan dunia
  • Bisikan-bisikan untuk menolak bahaya didunia
  • Bisikan-bisikan untuk mendapatkan kemaslahatan diakhirat
  • Bisikan-bisikan untuk menolak bahaya diakhirat
  1. Ucapan

Banyak dosa yang lahir dari lisan kita. Ucapan merupakan salah satu pintu maksiat yang sering kali diabaikan seorang hamba.

Yahya bin Muadz berkata “Hati itu seperti panci untuk memasak, mendidih apa yang didalamnya. Dan lisan adalah percikan/uapnya. Lihatlah ketika seseorang berbicara, lisanya akan memercikkan apa yang ada dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Anda akan mersakan makanan yang ada di dalam panci, sehingga anda tahu yang sebenarnya.”

Gerakan anggota tubuh yang paling mudah adalah gerakan mulut, dan dia adalah yang paling membahayakan bagi seseorang.

Pada lisan terdapat dua bencana besar. Apabila seseorang terbebas dari salah satunya, maka belum tentu dia akan terbebas dari yang lain, yaitu bencana ucapan dan bencana diam.  Terkadang, salah satunya lebih besar dosanya daripada yang lainnya; demikianlah silih berganti, tergantung pada waktu dan tempatnya.

Orang yang diam dari mengucapkan kebenaran adalah syaithan yang bisu, pelaku maksiat. Sementara itu, orang yang mengucapkan kebatilan adalah syaitan yang berbicara sekaligus pelaku maksiat. Mayoritas manusia menyimpang dalam ucapan dan diamnya. Mereka berada diantara dua perkara tersebut.

Abu Bakar Ash Shidiq ra., pernah memegang lisannya seraya berkata,”Inilah yang menggiringku ke tempat-tempat kebinasaan

Pada hari kiamat nanti, ada seorang hamba yang datang membawa berbagai kebaikan sebesar gunung, tetapi dia mendapatkan lisannya telah menghancurkan semua itu.

Ada pula yang datang membawa berbagai keburukan sebesar gunung, namun dia mendapati lisannya telah menghancurkan semua itu, yaitu dengan banyak berdzikir kepada Allah dan hal-hal yang semisalnya.

  1. Langkah Kaki

Memelihara langkah kaki yaitu dengan cara tidak melangkahkannya kecuali ke tempat yang diharapkan mendapatan pahala. Jika dalam langkah itu tidak mendapat tambahan pahala, amal duduk lebih baik baginya. Sangat mungkin langkah kaki diarahkan kepada hal-hal yag dibolehkan, akan tetapi manakala diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka langkah-langkahnya akan dicatat sebagai mendekatkan diri kepada Allah

Langkah kaki dan Lidah (ucapan) saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Allah memberi sifat orang-orang beriman dengan istiqomah pada perkataan dan langkah mereka.

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (QS Al Furqan : 63)

Wallahu a’lam bish shawab.

 

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم وتفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم

أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين فاستغفروه أنه هو الغفور الرحيم

 

 Khutbah Kedua :

  اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.

 أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا  اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعلى آله وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 أيها الناس، اتقوا الله، وافعلوا الخيرات، واجتنبوا السيئات. إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى وَعَلَى اله وَصَحْبِهِ أجمعين وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،إِنَّكَ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

 ربَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ –

 رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ.

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ أَقِيْمُوا الصَّلَاة.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*