Khutbah Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Model ini dapat diaplikasikan dengan memposisikan guru sebagai khatib serta murid sebagai jamaah Jumat. Meskipun begitu, komponen utama yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual harus diadaptasikan karena mimbar Jumat tidak memungkinkan untuk berkomunikasi dua arah. Jika terjadi komunikasi maka, salat Jumat menjadi sia-sia. Baca Juga Teks Khutbah Jumat: Cinta Dunia, Virus Abadi Sepanjang Masa Komponen seperti questioning (bertanya) bisa digantikan dengan penyampaian pernyataan-pernyataan yang reflektif. Sehingga jamaah mampu berpikir serta berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Kontekstualisasi ini berguna bagi materi-materi aktual yang berkembang di masyarakat, agar mendapatkan perhatian atau solusi dari perspektif Islam.
Khutbah Rekonstruktif
Rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ketempatnya yang semula. Penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau kejadian semula. Reconstruction merupakan penafsiran data psikoanalitis sedemikian rupa, untuk menjelaskan perkembangan pribadi yang telah terjadi, beserta makna materinya yang sekarang ada bagi individu yang bersangkutan. Rekonstruksi yang berarti membangun atau pengembalian kembali sesuatu berdasarkan kejadian semula. Di mana, dalam rekonstruksi tersebut terkandung nilai–nilai primer yang harus tetap ada dalam aktivitas membangun kembali sesuatu sesuai dengan kondisi semula. Untuk kepentingan pembangunan kembali sesuatu, apakah itu peristiwa, fenomena-fenomena sejarah masa lalu, hingga pada konsepsi pemikiran yang telah dikeluarkan oleh pemikira-pemikir terdahulu. Kewajiban para rekonstruktor adalah melihat pada segala sisi, agar kemudian sesuatu yang coba dibangun kembali sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan terhindar pada subjektifitas yang berlebihan. Di mana nantinya dapat mengaburkan susbstansi dari sesuatu yang ingin kita bangun tersebut. Rekonstruksi bermaksud mempertahankan pemahaman yang diajukan oleh tiga tradisi tersebut, sekaligus menemukan cara mengatasi berbagai kekurangannya serta menjembatani ketidaksesuaian antara ketiganya. Rancangan tersebut mencakup rekonseptualisasi atas konsep-konsep tindakan, struktur, dan sistem dengan tujuan mengintegrasikannya menjadi pendekatan teoretis baru. Rekonseptualisasi atas konsep tindakan, struktur, dan sistem diawali dengan memandang praktek-praktek sosial yang terus berlangsung sebagai segi analitis terpenting. Rekonstruksi berguna untuk materi-materi yang cenderung berulang tiap tahunnya, seperti peringatan hari raya besar Islam maupun nasional. Rekontruksi memungkinkan Jamaah untuk menelaah kembali hikmah terbaru dalam peristiwa-peristiwa besar, sehingga terhindar dari rasa bosan dan jemu.
Disarikan dari : – https://ibtimes.id/kiat-menulis-naskah-khutbah-jumat-agar-kreatif-dan-mencerahkan/


Leave a Reply