Edisi 197 Khutbah Jum’at : Hasil PILKADA Bagian dari Takdir Allah

Hasil PILKADA Bagian Dari Takdir Allah

Ibnu Sudjono

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan berbagai macam kenikmatan bagi kita semua, baik berupa kesehatan, umur panjang serta ketetapan iman Islam. Semoga karunia tersebut dapat membuat kita bersyukur dengan sebenar-benar kesyukuran.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Dengan ajaran Islam inilah beliau telah membimbing kita keluar dari kegelapan hidup menuju cahaya yang terang benderang.

Sebagai khatib tidak lupa kami mengingatkan untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar- benar takwa dengan menaati perintah-Nya serta berharap ridha maupun pahala dari-Nya. Dan meninggalkan larangan-Nya dengan penuh rasa takut akan adzab Allah di dunia maupun akhirat kelak. Sebab dengan takwa ini, Allah SWT akan memudahkan semua urusan kita, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaq ayat 4 :

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا ٤

 “Barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya“.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Bangsa Indonesia baru saja melaksanakan agenda besar berupa Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) secara serentak untuk memilih 37 Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, 415 Calon Bupati dan Wakil Bupati serta 93 Calon Walikota dan Wakil Walikota.

Sambil menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) bisa kita saksikan hitungan sementara dari Quick Count Lembaga Survey yang hasilnya membuat reaksi yang beragam diantara kita. Ada yang meluapkan kegembiraan karena pilihannya unggul tapi ada juga yang kecewa dan sedih karena pilihannya memperoleh suara jauh dari harapan.

Marilah kita kembali tadabburi Firman Allah SWT berikut ini  :

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran. “ (QS Al Qamar : 49)

Syaikh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan bahwa Sesungguhnya segala sesuatu dan setiap perbuatan di alam ini atau dalam kehidupan ini tanpa terkecuali apakah baik atau pun buruk, semuanya adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang ditakdirkan dan dikukuhkan sesuai dengan hikmah dan sesuai dengan apa yang tertakdirkan dan tercatat dalam Lauh Mahfuzh, diketahui oleh Allah SWT dan tertetapkan dalam ilmu-Nya yang azali sebelum semua itu ada atau terjadi, Dia mengetahui keadaan dan waktunya. Qadar maksudnya di sini adalah taqdir.

Diantara padanan ayat diatas adalah

.. وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

“… Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.” (QS Al Furqan : 2)

 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Ketika Rasulullah ﷺ  ditanya oleh Jibril, apa itu Iman? Maka beliaupun bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Engkau beriman kepada Allah, malaikat, kitab – kitabNya, rasul – rasulNya, hari akhir, dan mengimani takdir baik itu takdir baik maupun takdir buruk.”

(HR. Muslim : 8).

Dari Sabda Rasulullah SAW tersebut, iman kepada qadar menjadi bagian dari keimanan yang harus kita laksanakan.

Termasuk mengimani bahwa siapa yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden, Siapa yang akan menjadi Anggota Legislatif baik tingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota hasil Pemilu 2024 merupakan takdir/qadar dari Allah SWT.

Karena dengan Iman kepada takdir/qadar Allah, akan membuat hati kita tenang dan lapang dada atas segala hasil akhir dari Pemilu nanti.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Dalam khutbah siang ini Khatib akan menekankan beberapa hal yang menjadi buah dan pengaruh ketika kita beriman kepada Qadar Allah SWT :

  1. Mengakui bahwa segala kebaikan yang diterima merupakan karunia Allah SWT

Iman kepada qadar menjadikan pemiliknya bersikap benar ketika melakukan perbuatan baik atau menerima kebaikan yang berakibat pada kesucian hatinya dari banyak kotoran, dia mengakui bahwa apa yang dilakukan atau diterimanya murni karunia Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang menjadi miliknya. Ini berperan menghilangkan bibit-bibit sifat sombong, tertipu, bangga diri, mengungkit-ungkit pemberian kepada orang yang diberi, dan kotoran-kotoran hati lainnya.

Jika pilihan kita menjadi pemenang Pemilu, kita sadar bahwa itu semua semata-mata karunia dari Allah SWT sehingga kita tidak perlu sombong bahkan menjelekkan/merendahkan yang lain.

Selanjutnya orang-orang yang beriman akan memuji dan bersyukur kepada Allah sebagaimana firman Allah SWT :

…ۚ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ ….

 “… Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. …..” (QS Al A’raf : 43)

  1. Sabar ketika tertimpa musibah

Diantara buah Iman kepada takdir adalah sabar ketika tertimpa musibah. Orang yang beriman kepada takdir tidak dikuasai oleh ketidaksabaran, ketakutan, kemarahan dan keluh-kesah. Akan tetapi, dia menghadapi musibah dengan keteguhan laksana teguhnya gunung yang tetap kokoh tak bergoyang sedikitpun.

Allah SWT berfirman :

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ

Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.

(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid : 22-23)

 

Dari Usamah bin Zaid r.a dia berkata : Kami berada disisi Nabi SAW, salah seorang putrinya mengirim utusan kepadanya untuk mengabarkan bahwa bayinya meninggal dunia. Rasulullah SAW bersabda,

Kembalilah kepadanya dan kabarkan bahwa Allah berhak mengambil apa yang telah Dia berikan. Segala sesuatu disisi-Nya ada ajalnya”  (HR. Bukhari No. 6228, Muslim 923)

Makna Sabda Nabi SAW diatas adalah anjuran bersabar dan pasrah kepada keputusan dan takdir Allah SWT. Apa yang Allah ambil dari kita adalah miki-Nya, bukan milik kita. Allah tidak mengambil kecuali apa yang menjadi milik-Nya. Sudah seharusnya kita tidak bersedih hati sebagaimana tidak sedihnya orang yang kita ambil darinya titipan kita yang ada padanya. Sesungguhnya, apa yang Allah berikan kepada kita tidak keluar dari kepemilikan-Nya. Jadi, Allah berhak melakukan apa saja sekehendak-Nya.

  1. Tidak hidup dengan berandai-andai

Sebagian orang ketika tertimpa musibah membuatnya selalu teringat dengannya. Dia terus teringat dengan kepedihannya selama berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Terkadang dia menyesali dan terkadang dia mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Slogannya adalah “Duhai sekiranya aku dulu melakukan begini …”, “Duhai sekiranya dulu aku tidak melakukannya”, dan “Seandainya aku melakukan begini, pasti akan begini.”

Berbeda dengan orang yang beriman kepada qadar, dia akan mengucapkan ”Qadarullah, Allah telah mentakdirkan. Apa saja yang dikehendaki-Nya pasti terjadi. Segala puji bagi Allah dalam setiap kondisi.”

Dengan slogan ini, dia tidak mudah putus asa terhadap apa yang berlalu dan tidak hidup dilautan ingatan kepedihan. Cukuplah dia membaca firman Allah SWT :

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghabun : 11)

 

  1. Menghilangkan penyakit-penyakit masyarakat

Iman kepada qadar menghilangkan banyak penyakit yang menyerang masyarakat, diantaranya penyakit dengki (hasad). Orang beriman tidak mendengki orang lain atas karunia yang Allah berikan kepada mereka.

Sebab, Allah lah yang memberikan rezeki kepada mereka dan menakdirkannya kepada mereka. Dia mengetahui bahwa ketika dirinya mendengki orang lain, berarti dia sama dengan memprotes apa yang Allah takdirkan.  Demikian seterusnya.

Ibnu Sirin berkata, “Aku tidak pernah mendengki seorangpun hanya karena perkara duniawi. Sebab, jika orang itu termasuk calon penghuni surga, bagaimana aku mendengkinya hanya karena perkara duniawi, padahal dia akan masuk surga. Jika orang itu termasuk calon penghuni neraka, bagaimana aku mendengkinya hanya karena perkara duniawi, padahal dia akan masuk neraka

Orang yang beriman kepada qadar memiliki hati yang bersih dan suci dari kedengkian kepada saudara-saudaranya. Sebab, jika melihat saudaranya sedang merasakan suatu kenikmatan, dia mengetahui dengan penuh keyakinan bahwa yang memberikan kenikmatan tersebut adalah Allah SWT.

Orang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa Allah memberi dan tidak memberi karena suatu hikmah. Ada hamba yang tidak bermanfaat baginya kecuali kekayaan. Seandainya Allah menjadinya miskin, maka itu akan merusaknya. Ada lagi hamba yang cocok dengan kemiskinan. Seandainya Allah menjadinya kaya, malah itu akan merusak hidupnya. Ada juga hamba yang baik ketika sehat. Seandainya Allah menjadinnya sakit, maka itu akan merusak hidupnya. Ada juga hamba yang baik justru dengan sakit. Seandainya dia sehat, amalh itu akan merusak hidupnya.

Jadi, tidak ada sesuatu pun dialam semesta ini yang terjadi tanpa hikmah.

  1. Ketenangan, Kenyaman Jiwa dan Ketentraman Hati

Semua ini termasuk buah iman kepada qadar. Ini adalah tujuan yang dicari semua orang yang ada di muka bumi. Anda dapati kaum muslim tertentu dari kalangan ulama ‘amilin (yang mengamalkan ilmunya) dan hamba-hamba yang khusyu’ mereka memiliki hati yang tenang dan jiwa yang tentram yang tidak pernah terlintas di benak dan terbayang dalam khayalan sesuatu yang menyerupainya. Dalam hal ini, mereka mendapatkan bagian yang paling pantas.

Lihatlah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz yang mengatakan “Kebahagiaanku tidak lain adalah karena keridhaanku kepada qadha dan qadar”.

Lihatlah Ibnu Taimiyah yang mengatakan, “Sesungguhnya didunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya, maka dia tidak akan masuk surga akhirat”.

Dia mengucapkan perkataan yang sangat masyhur ketika digiring ke penjara, “Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku kepadaku ? Surgaku dan tamanku berada didalam dadaku. Kemana pun aku pergi, ia selalu bersamaku dan tak pernah meninggalkanku. Penjara bagiku adalah khalwat. Kematianku adalah kesyahidan. Diusirnya aku dari negeriku adalah wisata.

  1. Istiqamah (Konsisten) dalam kebaikan

Iman kepada qadar menjadi sebab terbesar keistiqamahan seorang muslim, terutama dalam bergaul dengan orang lain. Ketika ada seseorang berbuat buruk, kurang baik, membalas kebaikan yang kita lakukan dengan keburukan  maka dia akan mudah memaafkan. Sebab dia mengetahui, bahwa semua sudah ditakdirkan.

Iman kepada qadar menjadikan manusia menjalani hidupnya diatas jalan yang lurus. Kenikmatan tidak membuatnya sombong, musibah tidak membuatnya terganggu. Karenanya dia akan selalu dalam kebaikan dan senantiasa istiqamah dalam melakukan kebaikan (konsisten)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ  إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits Riwayat Muslim).

Demikianlah beberapa buah iman kepada qadar yang akan kita petik. Semoga mampu menjadi bekal dalam menyikapi hasil PILKADA dan meningkatkan iman kita kepada Allah SWT serta lebih khusyu dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang akan datang.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ أَمَّا بَعْدُ؛

فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى :  وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ أَقِيْمُوا الصَّلَاة

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*