JABATAN ADALAH AMANAH
Prananto, ST., MAP
(Sekretaris DDII Kab. Gunungkidul)
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ,يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dimana kita masih dipertemukan oleh-Nya di hari yang mulia ini, hari Jumat. Di tempat yang dimuliakan oleh Allah SWT yakni di masjid. Bersama dengan orang-orang yang Insyallah juga ditinggikan derajatnya di sisi Allah, yakni orang-orang yang bertakwa.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, bersama keluarga, sahabat, dan umatnya.Sebagai khatib saya mengajak pada diri saya sendiri dan seluruh jamaah sholat jum`at sekalian, Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-
Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dimanapun dan kapanpun. Semoga kita kelak dimasukkan surga Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. Aamiin
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Beberapa waktu lalu, para wakil rakyat yang berada di DPRD Kab. Gunungkidul dan DPRD DIY hasil Pemilu 2024 telah resmi dilantik dan tidak lama lagi wakil rakyat yang berada di DPR RI akan segera menyusul dilantik.
Dalam prosesi pelantikan, para wakil mengucapkan sumpah/janji dibawah kitab suci yang merupakan komitmen para wakil rakyat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Walaupun sebelumnya kita sangat prihatin atas berbagai kejadian dinegeri ini, karena dari sisi pelaku tindak pidana korupsi yang sebagian besar adalah pejabat di negeri ini. Seseorang yang ketika dilantik dan disumpah menjadi pejabat seharusnya mengemban amanah menjalankan tugas mengurusi rakyatnya namun nyatanya tidak sedikit yang malah mengkhianatinya dengan melakukan korupsi.
Padahal sudah jelas peringatan Allah SWT agar kita jangan mengkhianati amanat yang diberikan kepada kita sebagaimana firmannya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al Anfal: 27)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Banyak orang sangat berambisi agar menjadi pejabat, bahkan keluarganya juga turut mendukung dengan segala cara namun belum memahami hakikat dari sebuah jabatan.
Oleh karenanya, pada kesempatan khutbah kali ini khatib akan menyampaikan tema pembahasan tentang jabatan dalam Islam agar membawa kemaslahatan dan terhindar dari mudharat bagi ummat
- Jabatan dan tugas kepemimpinan adalah amanah
Suatu kali Abu Dzar Al-Ghiffari radhiyallahu, datang menghadap Rasulullah ﷺ. Dia adalah salah seorang sahabat yang pertama kali masuk Islam dan juga termasuk sahabat yang dicintai oleh Rasulullah ﷺ.
يَا رسُولَ الله، أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي، ثُمَّ قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَّهَا يَوْمَ القِيَامَةِ خِزيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأَدَّى الَّذِي عَلَيهِ فِيهَا». .
Setelah itu, dia berkata berkata,. .
“Wahai rasulullah! Tidakkah Anda mengangkat saya sebagai pejabat? ” Abu Dzar berkata,” Rasulullah ﷺ menepuk-nepuk bahuku kemudian bersabda,”Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya kamu orang yang lemah (dalam kepemimpinan). Sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Pada hari kiamat nanti jabatan kepemimpinan itu akan menjadi (sebab) kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil amanah tersebut dengan haknya dan menjalankan kewajibannya dalam memenuhi amanah tersebut.” [ Hadits riwayat Muslim no. 1825]
Dari hadits ini kita bisa mengerti bagaimana pandangan Islam tentang jabatan kepemimpinan. Rasulullah ﷺ tegas menyatakan bahwa jabatan kepemimpinan itu amanah yang harus dijaga.
Amanah tersebut berat dan sulit. tidak akan mampu untuk lepas dari tanggung jawabnya kecuali orang-orang yang kuat.
- Jabatan diberikan kepada yang kompeten
Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda,
إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهَا فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah terjadinya kiamat.” Ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah bagaimanakah amanat itu disia-siakan? Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila suatu urusan diberikan kepada selain ahlinya maka tunggulah terjadinya kiamat.“
Untuk bisa menjalankan sebuah jabatan dengan sebaik-baiknya, maka seseorang harus memenuhi dua rukun yaitu: Kekuatan (kemampuan/kecakapan/profesional) dan Amanah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Hendaknya dia mengetahui individu yang paling layak untuk setiap jabatan. Sesungguhnya jabatan kepemimpinan itu memiliki dua rukun, yaitu kekuatan dan amanah.”
Namun yang perlu diketahui, sangat jarang terkumpul dalam satu pribadi dua karakter tersebut, yaitu pribadi yang kuat dan amanah. Sering kali orang itu kuat namun tidak amanah atau amanah tapi lemah.
Pada hari kiamat, jabatan kepemimpinan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi orang yang tidak memiliki kelayakan (kapasitas) untuk memimpin atau orang yang memang memiliki kelayakan hanya saja dia berbuat tidak adil dalam kepemimpinannya.
Akibatnya Allah Ta’ala menghinakannya pada hari kiamat dan mempermalukannya. Dia akan menyesal atas kelemahan dirinya. Sedangkan orang yang memang memiliki kapasitas untuk memimpin dan berbuat adil dalam kepemimpinannya, maka dia akan mendapatkan keutamaan yang agung.
Hal ini sebagaimana terlihat dalam beberapa hadits yang shahih. Di antaranya adalah hadits tentang 7 golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya adalah pemimpin yang adil.
- Larangan untuk meminta jabatan
Dalam Islam ada etika atau adab yang sangat ditekankan bagi setiap muslim agar tidak meminta jabatan tertentu untuk dirinya.
Tujuan dari kepemimpinan dalam Islam adalah mewujudkan maslahat kaum Muslimin dan memberikan berbagai manfaat kepada mereka. oleh karenanya, Rasulullah ﷺ tidak mau mengangkat seseorang yang meminta jabatan tersebut.
Hal ini karena permintaannya terhadap jabatan itu menunjukkan atau mengindikasikan adanya kepentingan dirinya untuk mewujudkan suatu kemaslahatan yang bersifat khusus atau adanya kepentingan pribadi sementara jabatan kepemimpinan itu tujuannya untuk mewujudkan kemaslahatan kaum Muslimin secara umum.
Dari Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
– قالَ لي رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: يا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بنَ سَمُرَةَ لا تَسْأَلِ الإمَارَةَ، فإنْ أُعْطِيتَهَا عن مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إلَيْهَا، وإنْ أُعْطِيتَهَا عن غيرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا،
Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku,”Wahai Abdurrahman bin Samurah, kamu jangan meminta kepemimpinan. Kalau kamu diberi jabatan kepemimpinan karena memintanya, maka kepemimpinan tersebut akan dipasrahkan kepadamu (sepenuhnya tanpa ada bantuan dari Allah). dan jika jabatan kepemimpinan tersebut diberikan kepadamu tanpa kamu minta, maka kamu akan ditolong (oleh Allah) untuk menjalankannya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari no. 7147]
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anu dia berkata,
– دَخَلْتُ علَى النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلَانِ مِن بَنِي عَمِّي، فَقالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: يا رَسولَ اللهِ، أَمِّرْنَا علَى بَعْضِ ما وَلَّاكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَقالَ الآخَرُ مِثْلَ ذلكَ، فَقالَ: إنَّا وَاللَّهِ لا نُوَلِّي علَى هذا العَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ، وَلَا أَحَدًا حَرَصَ عليه.
“Aku menghadap kepada Nabi ﷺ bersama dengan dua orang sepupuku. Salah seorang dari mereka berkata,”Wahai Rasulullah! angkatlah kami sebagai pimpinan pada sebagian dari jabatan kepemimpinan yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada anda.” Yang satunya juga berkata demikian.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda,”Sungguh kami, demi Allah, tidak akan mengangkat seseorang yang meminta pekerjaan ini demikian pula dengan orang yang berambisi kepadanya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (7149) dan Muslim (1733)]
- Fitnah Harta dibalik jabatan
Seseorang yang diangkat menjadi pejabat dan sudah digaji oleh negara seharusnya fokus pada tugas utama yang diamanahkan kepada dirinya. Namun yang terjadi bisa sebaliknya, karena ketika menjabat dia akan mendapatkan godaan penghormatan yang berlebihan termasuk mendapatkan pemberian harta yang sebenarnya bukan haknya.
Dalam hadis Al-Bukhari dan Muslim dikisahkan, Nabi Muhammad SAW mengangkat beberapa pegawai yang ditugaskan untuk menarik dan mendistribusikan zakat. Salah seorang pegawai tersebut bernama Ibnu Al Lutbiyah dari Bani Al Azdi.
Suatu hari, Ibnu Al Lutbiyah menghadap Nabi Muhammad SAW sambil membawa harta zakat yang dipungutnya. “Ini (zakat) untuk kalian dan ini hadiah yang diberikan (para pembayar zakat) untukku,” ucap Ibnu Al Lutbiyah sambil menunjukkan barangnya.
Nabi Muhammad SAW langsung berdiri dan bersabda: “Seandainya engkau dudukduduk saja di rumah ayah atau ibumu sambil menunggu (datangnya hadiah), apakah engkau akan diberi hadiah?”
Kemudian seusai salat jemaah, Nabi Muhammad SAW naik ke atas mimbar dan kembali mengeluarkan pernyataan terkait Ibnu Al Lutbiyah: “Jika seorang pegawai diserahi tugas (oleh negara), kemudian datang dan berkata, ‘ini untukmu dan ini hadiah untukku’, mengapa ia tidak duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibunya, sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah atau tidak? Demi Allah yang jiwa Muhammad SAW ada di tangan-Nya, tidak seorang pegawai menerima sesuatu (hadiah), melainkan ia akan datang di hari kiamat sambil memikul beban hadiah itu di lehernya. Jika (hadiah yang diterima) berupa unta, ia akan bersuara. Jika berupa lembu, ia akan menguak. Dan jika berupa kambing, ia akan mengembik. (Saksikanlah) bukanlah aku (Muhammad SAW) telah menyampaikan (kebenaran).”
Dari hadits diatas kita mengetahui, Jika Ibnu Al Lutbiyah bukan pegawai negeri (diumpamakan seperti orang yang duduk-duduk di rumah), tentu dia tidak akan diberi hadiah. Berarti jabatan Ibnu Al Lutbiyahlah yang menjadi penyebab orang lain memberikan hadiah kepadanya.
Ini merupakan hadis yang sangat populer, hampir semua ulama pernah meriwayatkan hadis ini. Kesimpulannya, Rasulullah Muhammad SAW melarang keras pegawai atau pejabat negara untuk menerima hadiah dari pihak manapun berkaitan dengan jabatan yang diamanahkan kepadanya.
Dalam hadis lain Nabi Muhammad SAW menegaskan:
“Barang siapa diangkat sebagai pegawai dan telah mendapatkan gaji, maka apa yang diambil selain dari gaji itu adalah ghulul.” (HR Abu Daud, Al Hakim, Ibnu Huzaimah)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikian tadi beberapa rambu-rambu tentang jabatan pemerintahan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan banyak diminati sebagian besar dari kita sehingga layak untuk diperhatikan dan menjadi panduan dalam menjalankan amanah jabatan tersebut.
Bila suatu jabatan kepemimpinan ditingkat apa pun dan di bidang apa pun dipegang oleh orang yang kuat dalam arti punya kapasitas kepemimpinan, kapabel dan kompeten di bidangnya serta amanah maka akan berjalanlah jabatan kepemimpinan yang dia emban dengan sebaik-baiknya.
Wallahu a’lam bish shawab.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم وتفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم
أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين فاستغفروه أنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua :
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعلى آله وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أيها الناس، اتقوا الله، وافعلوا الخيرات، واجتنبوا السيئات. إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى وَعَلَى اله وَصَحْبِهِ أجمعين وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،إِنَّكَ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
ربَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ –
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ أَقِيْمُوا الصَّلَاة.



Leave a Reply