Edisi 212 Khutbah Jum’at : Menjalin Hubungan Baik Dengan Kerabat Di Bulan Ramadhan

MENJALIN HUBUNGAN BAIK

DENGAN KERABAT DI BULAN RAMADHAN

Prananto, ST., M.AP

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَمَرَ عِبَادَهُ أَنْ يَذْكُرُوْهُ ذِكْرًا كَثِيْرًا، وَأَعَدَّ لَهُمْ عَلَى ذِكْرِهِ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا كَبِيْرًا، وَجَعَلَ الْقُلُوْبَ تَطْمَئِنَّ بِذِكْرِهِ، وَهُوَ سُبْحَانَهُ يَذْكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ

أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat hidayah iman dan Islam serta keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki.

Dengan rahmat-Nya semata kita semua bisa melaksanakan fardhu shalat Jumat di masid ini dengan mudah, aman dan nyaman tanpa ada gangguan dan kesulitan apa pun.

 

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pemimpin umat manusia pada hari kiamat dan imam para nabi dan Rasul, Nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ , keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh ketundukan, keikhlasan, kesabaran dan keistiqamahan.

Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan jamaah shalat Jumat sekalian , marilah kita berusaha untuk terus meningkatkan kualitas takwa kepada Allah hingga bisa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan agar kita bisa meninggal sebagai seorang Muslim.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Menyambung tali silaturahim bukanlah sesuatu yang dipandang remeh dalam kehidupan seorang muslim. Karena salah satu tuntunan Islam yang sangat menonjol adalah menyambung hubungan kerabat atau silaturrahim.

Maka ketika Heraklius, sang penguasa Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan bin Harb -yang di saat itu masih musyrik- tentang hal ihwal Nabi Muhammad ﷺ yang diutus di kalangan mereka, maka di antara poin-poin pertanyaan Heraklius itu adalah, “Dia memerintahkan kalian untuk berbuat apa?” Maka Abu Sufyan menjawab,

Dia menyuruh kami untuk mengerjakan shalat, menunaikan zakat, menyambung tali silaturrahim dan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan buruk.” (HR. Bukhari, no. 4553 dan 5980 dan Muslim, no. 1733.)

Ketika Amr bin ‘Abasah رضي الله عنه bertanya kepada Nabi ﷺ tentang puncak risalah beliau, beliau ﷺ menjawab,

أَرْسَلَنِي بِصِلَةِ الأَرْحَامِ وَكَسْرِ الأَوْثَانِ وَأَنْ يُوَحَّدَ اللَّهُ لاَ يُشْرَكُ بِهِ شَيْءٌ.

Allah mengutusku untuk menjalin tali silaturahim, menghancurkan patung-patung dan agar Allah ditauhidkan, tidak ada sesuatu pun yang disekutukan denganNya.” (HR. Muslim No. 832)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jika setan berhasil menimbulkan percekcokan di antara karib kerabat, sehingga mereka memutus hubungan silaturahim dan kebaikan yang ada di antara mereka, maka kita tidak boleh menyerah dengan kekalahan itu dan menerima begitu saja. Kita harus mengerahkan sekuat tenaga untuk mengupayakan perdamaian dan perbaikan.

Firman Allah سبحانه وتعالى:

وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ ۗ

Orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan (seperti silaturahmi), takut kepada Tuhannya, dan takut (pula) pada hisab yang buruk. (QS Ar Ra’du : 21)

Menyambung tali silaturahim adalah bukti nyata atas kebaikan batin yang penuh takwa dan rasa takut kepada Allah سبحانه وتعالى. Juga bukti nyata atas baiknya lahir dengan akhlak yang baik terhadap sesama.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengharap pahala dari Allah سبحانه وتعالى dengan menjalin silaturahim adalah perbuatan yang paling mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Silaturahim termasuk jalan keselamatan paling luas yang menyampaikan seseorang pada kampung keabadian. Sebaliknya, memutusnya adalah jalan paling cepat yang menyampaikan kepada kebinasaan di dunia dan di Akhirat. Untuk itu, memutus silaturahim dikaitkan dengan berbuat kerusakan di muka bumi. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

فَهَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ تَوَلَّيْتُمْ اَنْ تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَتُقَطِّعُوْٓا اَرْحَامَكُمْ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فَاَصَمَّهُمْ وَاَعْمٰٓى اَبْصَارَهُمْ

Apakah seandainya berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaanmu? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah. Lalu, Dia menulikan (pendengaran) dan membutakan penglihatan mereka.” (QS Muhammad : 22-23)

Rasulullah ﷺ mengancam orang yang memutus hubungan silaturahim dengan sabda beliau,

لَا يَدْخُلُ ٱلْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ

Tidak akan masuk Surga orang yang memutus hubungan silaturahim.” (HR. Bukhari, no. 5983 dan Muslim, no. 2556 dan 4634.)

Namun kebanyakan manusia begitu meremehkan tindakan memutus hubungan silaturahim ini. Mungkin sudah lewat berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tapi mereka tetap berada dalam kemaksiatan ini.

Mereka melalaikan hakikat bahwa permusuhan kepada saudara akan beralih pada permusuhan di hadapan Allah Yang Maha Menguasai segalanya lagi Maha Perkasa.

Allah سبحانه وتعالى menyambung siapa yang menyambung rahim (kerabat)nya dan menjadikan kenyamanan dirinya ada pada pertalian itu.

Akan tetapi, pertalian ini memerlukan upaya besar untuk tetap jernih dari hasutan atau pertikaian. Dan upaya besar itu harus diniatkan untuk perbaikan di antara yang bertikai.

Karena itu, memperbaiki hubungan kekerabatan meraih kedudukan sangat tinggi dalam tingkat ketaatan dan ihsan, hingga Allah سبحانه وتعالى berfirman,

۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Tidak ada kebaikan pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali (pada pembicaraan rahasia) orang yang menyuruh bersedekah, (berbuat) kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.” (QS An Nisa : 114)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Bulan Ramadhan merupakan kesempatan besar memperbaiki hubungan dan pertalian ini. Karena merupakan bulan yang kondusif untuk berbuat baik, untuk menyambung hubungan dan untuk menerapkan sifat-sifat mulia dalam hubungan keluarga dan kerabat.

Khususnya apabila bakti yang dituntut atau pertalian yang dimaksud berhubungan dengan kedua orang tua, karena pemutusan paling buruk adalah memutus hubungan dengan kedua orang tua, baik itu karena durhaka kepada keduanya, berpaling, atau dengan tidak lagi memberi kebaikan kepada mereka sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Allah SWT berfirman,

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (QS Al Isra’ : 23-24)

Ayat ini memperingatkan kita akan hak kedua orang tua yang paling rendah yang hal itu menunjukkan besarnya hak-hak mereka.

Ma’asyrial Muslimin Rahimakumullah

Terkadang bulan Ramadhan sudah datang, tetapi orang yang durhaka terhadap kedua orang tua tetap dalam kedurhakaannya. Maka puasa macam apa yang bermanfaat bagi dirinya? Dan qiyamullail manakah yang berguna untuknya?

Dia telah mengerjakan dosa yang paling besar setelah kesyirikan, seperti yang dinyatakan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena itulah, Allah سبحانه وتعالى mengiringkan berbuat baik kepada kedua orang tua ini dengan tauhid,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra`: 23)

Rasulullah ﷺ mengingatkan durhaka kepada kedua orang tua dengan sabda beliau,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: الْأَشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa yang paling besar?” Mereka menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”

Ma’asyrial Muslimin Rahimakumullah

Apabila bulan Ramadhan datang kepada kita, sementara kita masih memiliki orang tua, salah satunya atau keduanya maka jangan menyia-nyiakan puasa dengan memutus hubungan dari keduanya.

Sambunglah silaturahim dengan keduanya, karena Surga berada dalam keridhaan mereka berdua, khususnya ibu.

Surga tidak dapat diperoleh kecuali dengan keridhaan mereka dan tidak akan bisa mencium aroma Surga siapa pun yang menyakitinya.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada orang yang datang kepada beliau, meminta izin untuk turut berperang,

هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا.

Apakah kamu mempunyai ibu?” Lelaki itu menjawab, “Ya!” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalau begitu tetaplah bersamanya, karena Surga berada di bawah kedua kakinya.”

Jika bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan, maka berbuat baik dengan menyambung silaturahim sangat tampak di bulan ini, tanpa mencari-cari alasan yang lemah atau sikap jual mahal.

Karena ada beberapa orang yang beralasan saat memutuskan hubungan silaturahim bahwa kerabat merekalah yang mendahului memutus hubungan itu. Padahal orang-orang itu telah berbuat salah sejak awal, yaitu ketika membalas keburukan dengan keburukan dan tidak membalas keburukan dengan kebaikan.

Mereka bersalah untuk kedua kalinya, saat mensejajarkan diri dengan kerabat (yang memutus) dalam hal berbuat maksiat dengan memutus hubungan silaturahim.

Mereka juga bersalah untuk ketiga kali saat menyamakan kemuliaan bulan Ramadhan dengan hari-hari lainnya, sehingga putusnya silaturahim terus berkelanjutan.

Mereka juga berbuat salah untuk keempat kalinya ketika mengira bahwa menyambung hubungan tidak pantas diberikan kepada orang yang memutuskannya. Padahal Rasulullah bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِيْ إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

Orang yang menyambung silaturahim itu bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin. Akan tetapi orang yang menyambung silaturahim itu adalah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang telah terputus.” (HR. Al-Bukhari no. 5532, 5991)

Ada yang bersikukuh memutuskan hubungan silaturahim dengan kerabatnya karena menganggapnya sangat berhak dan patut untuk diputus.

Ada juga yang ketakutan bertambah malu jika keluarga yang akan disambung itu menolak perdamaian. Dia khawatir mereka tidak menerima perdamaian dan malah bersikap kasar kepadanya.

Untuk orang kedua ini, ada sebuah Hadis dari Rasulullah,

أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُوْنِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيْئُوْنَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُوْنَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ

“Bahwa seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah! Saya mempunyai kerabat. Saya menyambung mereka tetapi mereka memutus saya. Saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka tetap berbuat buruk kepada saya. Saya bermurah hati kepada mereka, tetapi mereka pura-pura tidak tahu akan hal itu.’

Maka Nabi bersabda, ‘Jika kamu memang seperti yang kamu katakan, maka seakan-akan kamu memberi makan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa akan mendapat pertolongan dari Allah atas mereka, selama kamu terus bertindak seperti itu.’”

Ma’asyrial Muslimin Rahimakumullah

Semoga Allah menerima bakti kita kepada kedua orang tua kita, menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kita waktu kecil, memberi rahmat kepada kita dengan selalu menyambung silaturahim, dan memperbaiki hubungan hubungan di antara manusia. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ،

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ اَللَّهُمَّ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ، وَأَكْرِمْنَا بِذِكْرِكَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمُنَّ عَلَيْنَا بِالتَّوْبَةِ وَالْإِنَابَةِ وَالْخَشْيَةِ

اَللَّهُمَّ تَجَاوَزْ عَنْ تَقْصِيْرِنَا وَسَيِّئَاتِنَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَسَائِرِ أَهْلِيْنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَعْمَارِنَا وَأَعْمَالِنَا وَأَقْوَاتِنَا وَأَوْقَاتِنَا

اَللَّهُمَّ اكْشِفْ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ مَا نَزَلَ بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ وَبَلَاءٍ، وَفَقْرٍ وَتَشَرُّدٍ، وَقَتْلٍ وَاقْتِتَالٍ، وَوَسِّعْ عَلَيْهِمْ فِي الْأَمْنِ وَالرِّزْقِ، وَجَنِّبْنَا وَإِيَّاهُمُ الْفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*