RAHMAT ALLAH DALAM TURUNNYA HUJAN
Ibnu Sudjono
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat-Nya yang luas tanpa batas kepada kita semuanya, terutama nikmat Iman, Islam, keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki, sehingga kita bisa hadir ke masjid ini untuk menjalankan kewajiban ibadah shalat Jumat dengan mudah, aman dan nyaman.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi yang mulia, pemimpin para nabi dan rasul, Muhammad ﷺ, keluarganya , para
sahabatnya dan kaum Muslimin yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh kepatuhan, keikhlasan dan kesabaran hingga akhir zaman.
Kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita berusaha terus menerus untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki kapanpun dan di manapun kita berada.
Semoga dengan ketakwaan tersebut, Allah Ta’ala berkenan menerima amal shaleh kita, memudahkan urusan kita, memberikan jalan keluar atas masalah dan kesulitan kita, serta memberikan rezeki kepada kita dari arah yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya.
Jamaah shalat Jum’ah rahimakumullah
Bagi seorang yang beriman tidak selayaknya menganggap turunnya air hujan sebagai fenomena atau kejadian alam semata, tapi ia harus menyadari bahwa turunnya air hujan, terpenuhinya sungai-sungai dengan air yang mengalir, terpenuhinya telaga-telaga dan penampungan air dengan air yang melimpah, kesemuanya itu adalah bukti tak terbantahkan akan keberadaan Allah Ta’ala dan kesemuanya itu merupakan nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri.
Oleh karenanya dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita sejenak merenungi dan mentadabburi salah satu firman Allah ﷻ tentang nikmat turunnya air hujan.
Allah berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ مِنۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوا۟ وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُۥ ۚ وَهُوَ ٱلْوَلِىُّ ٱلْحَمِيدُ
“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan (Dia pula yang) menyebarkan rahmat-Nya. Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syûrâ : 28)
Ayat ini menjelaskan tentang karunia yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya berupa hujan setelah kekeringan yang panjang.
Karena kekeringan yang panjang ini memperlihatkan sebagian tabiat manusia secara umum, yaitu putus asa ketika hujan tidak kunjung turun dan mengira ia tidak akan turun lagi padahal telah mengupayakan segala hal untuk (mengatasi) kekeringan itu.
Maka, turunnya hujan setelah manusia berputus asa merupakan rahmat yang besar bagi mereka.
Karena dengan hujan tersebut bumi-bumi yang sebelumnya mati kembali hidup dengan tumbuhnya tanaman-tanaman; hewan-hewan ternak yang sebelumnya kurus karena kekurangan minum dan makanan kembali sehat dan gemuk; pepohonan yang sebelumnya layu kembali menghijau; sungai-sungai yang sebelumnya mengering pun penuh dengan air sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan hewan.
Semua ini merupakan rahmat Allah yang begitu besar, dan bentuk perlindungan Allah kepada mereka dan makhluk-Nya yang lain. Oleh karenanya, Allah layak dipuji. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.
Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah
Surah Asy-Syûrâ ayat 28 di atas mengandung satu pelajaran penting dalam iman kita, yaitu bahwa Allah-lah yang menurunkan hujan.
Tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang ikut andil dalam menurunkannya. Ia murni karunia dari Allah yang Mahamulia. Sekiranya Allah berkehendak, tentu Dia mampu menjadikan air hujan itu asin yang tidak bisa memberikan kehidupan.
Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ
“Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan? Seandainya Kami berkehendak, Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al-Wâqi’ah : 68–70)
Bahkan di dalam ayat yang lain, Allah menegaskan:
قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُم بِمَاءٍۢ مَّعِينٍۭ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?'” (QS. Al-Mulk [67]: 30)
Kita semua tahu jawaban dari pertanyaan di atas, bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menurunkan hujan selain Allah. Sehingga, Allah-lah satu-satunya Dzat yang layak disembah dan tidak boleh disekutukan, karena Allah-lah satu-satunya yang mampu menurunkan air hujan dari langit, dengannya tumbuhlah tanaman-tanaman yang menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki bagi manusia.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Surah Asy-Syûrâ ayat 28 di atas juga mengandung faidah bahwa hujan adalah rahmat.
Rahmat Allah berupa hujan ini bersifat umum, menyeluruh untuk seluruh makhluk, baik manusia, hewan-hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Bahkan rahmat ini berlaku untuk orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka, orang-orang tua dan anak-anak, orang-orang yang berkulit putih dan berkulit hitam.
Semuanya mendapatkan rahmat Allah melalui air hujan yang tersebar ke seluruh penjuru bumi.
Jamaah shalat Jum’ah arsyadakumullah
Sisi menarik lain dari surah Asy-Syûrâ ayat 28 adalah bahwa ayat tentang hujan ini diakhiri dengan penyebutan dua nama Allah, yaitu Al-Walî dan Al-Hamîd.
Makna dari Al-Walî adalah Allah memelihara makhluk-Nya secara menyeluruh dan memiliki pemeliharaan khusus bagi orang-orang mukmin.
Sementara makna Al-Hamîd adalah Allah adalah Dzat Yang Terpuji dalam memelihara, dan terpuji dalam perbuatan, perkataan, syariat, takdir, balasan dan segala sesuatu.
Lantas, apa keterkaitan dua nama Allah ini dengan turunnya hujan?
Hal itu tidak lain karena turunnya air hujan menunjukkan bahwa Allah melindungi makhluk-makhluk-Nya dari kebinasaan. Dan karena perlindungan inilah, maka Allah layak untuk dipuji. Mahasuci Allah yang telah melindungi makhluk-Nya, dan bagi-Nya segala pujian.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Orang beriman juga harus menyadari bahwa turunnya air hujan mengandung petunjuk tentang adanya hari kebangkitan.
Bahwa sebagaimana Allah mampu menghidupkan bumi setelah matinya, begitu pula Allah mampu membangkitkan manusia dari kuburnya.
Jadi, ada penyerupaan yang mirip antara tumbuhnya tanaman karena hujan dan kebangkitan. Hal ini telah Allah tegaskan dalam firman-firman-Nya:
وَالَّذِيْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍۚ فَاَنْشَرْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًا ۚ كَذٰلِكَ تُخْرَجُوْنَ
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan), lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).” (QS. Az-Zukhruf : 11)
Allah juga berfirman:
رِّزْقًا لِّلْعِبَادِۙ وَاَحْيَيْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًاۗ كَذٰلِكَ الْخُرُوْجُ
“(Sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur).” (QS. Qaf : 11)
Dua ayat di atas mengandung isyarat yang jelas tentang penyerupaan antara peristiwa keluarnya tanaman dari perut bumi setelah disiram air hujan dengan peristiwa keluarnya jasad-jasad orang yang telah meninggal dari perut bumi.
Di samping itu, kemampuan Allah untuk menghidupkan bumi setelah matinya dengan air hujan menunjukkan tanda kekuasaan Allah dalam menghidupkan orang-orang yang sudah meninggal. Hal itu merupakan tanda kekuasaan kecil yang menunjukkan tanda kebesaran yang besar. Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْۗ اِنَّ الَّذِيْٓ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتٰى ۗاِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat : 39)
Jama’ah yang dimuliakan Allah Ta’ala
Dengan perenungan dan tadabbur atas turunnya hujan ini, marilah kita memperbanyak syukur kita kepada Allah Ta’ala dan iman kita kepada hari akhir.
Karena sungguh keimanan kita kepada Allah dan hari akhir bisa memotivasi kita untuk memperbanyak bekal dan istqomah dalam kebaikan.
Marilah kita perbanyak berdoa di dalamnya. Semoga hujan yang turun kepada kita adalah hujan yang membawa keberkahan dan manfaat untuk kita, bukan hujan yang membinasakan dan menimbulkan kesengsaraan. Aamiin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ،الحَمْدُ ِللهِ
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ أَمَّا بَعْدُ؛
فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ أَقِيْمُوا الصَّلَاة



Leave a Reply